Momentum Edisi Juni 2003 Ke II
Editorial
Main Petak Umpet?
Sebuah program istimewa digulirkan Al-Jamiah. Program yang diberi nama Takhassus ini dihadiahkan khusus untuk mahasiswa semester II dan IV. Program ini mirip pesantren. Seperti layaknya pesantren, beberapa kitab klasik atau (biasa disebut) kita kuning seperti Jurumiyah, Imriti, Alfiyah dan “rekan-rekan” disajikan secara maraton selama dua tahun. Begitupun Ilmu Fiqih, Bahasa Arab, dan Al-Quran. Pelajaran wajib umat Islam ini diberikan secara cuma-cuma. Maklum, para santri yang hanya terdiri dari 40 orang setiap satu angkatan di dicetak untuk menjadi kader dai yang mempunyai yang menguasai ilmu-ilmu Islam. Syiar Islam merupakan tujuan jangka panjang program ini.
Apa sebenarnya yang menarik dari kegiatan tersebut? Program ini ternyata benar-benar “istimewa”. Selain diberi fasilitas asrama gratis, para santri pun tak dipungut biaya pendidikan sepeserpun. Tak hanya itu, merekapun “diberi” pendidikan yang kaliber di bidangnya. Bahkan baru-baru ini ada kabar burung, konon alumni Takhassus rencananya akan di “PNS-kan”. Wow, sebuah tawaran yang menggiurkan. Namun sayang, proyek yang baru lelengkah halu ini keburu menuai kontroversi dan kritikan pedas dari beberapa kalangan.
Dasar dari diprotesnya program ini karena Al-Jami’ah dianggap terlalu jauh melangkah. Al-Jami’ah semestinya tidak harus turun tangan langsung mengurusi persoalan ini. Cukup membuat kebijakan saja. Karena masih ada Fakultas Dakwah yang bisa bergulat dengan gawean ini. Sehingga tak harus cape-cape untuk turut ngebor di lapangan. Tapi jangankan bertindak profesional, Dakwah malah sama sekali tidak dilibatkan. Ada apa? Entah. Masalahpun tak berhenti sampai disitu, program yang diberlakukan mulai awal Mei 2003 ini nyaris luput dari perhatian civitas akademika IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kalaupun ada, hanya beberapa gelintir mahasiswa saja yang menyimak urusan ini dan lingkupnyapun terbatas. Padahal program ini murni milik mahasiswa karena mamakai dana Iqamah yang jumlahnya ratusan juta rupiah. Kondisi ini jelas mencurigakan, Al-Jami’ah telah main petak umpet sendirian. Mungkinkah Al-Jami’ah main curang? Wallahu’alam. [Redaksi]